Makin mahalnya harga bahan bakar, termasuk diesel atau solar, membuat
minat perusahaan membuat dan mengembangkan teknologi bus listrik makin
gencar. Salah satunya adalah Proterra Inc. dari Golden, Colorado,
Amerika Serikat. Perusahaan ini dikenal jagoan dalam mendesain dan
membuat sistem penggerak listrik, penyimpanan energi, kontrol kendaraan,
bus transit dan pengisian cepat untuk kendaraan besar.
Salah bukti kehebatan perusahaan tersebut, minggu lalu General Motors
Venture LLC berani menanamkan 6 juta dolar AS untuk membantu Proterra
mengembangkan bus listrik dengan baterai pengisian cepat.
Biaya Operasional
Menurut, Jeff Granato, Presiden dan CEO Proterra, dengan menggunakan
kendaraan listrik, perusahaan bus transit bisa mengirit biaya sampai
600.000 dolar AS (Rp 517.500.000 ) selama 12 tahun plus biaya perawatan
70.000–90.000 dolar (Rp 60-77 juta). Hal itu disimpulkan berdasarkan
biaya operasional untuk mengisi listrik buat baterai hanya 10 sen per
mil dibandingkan satu dolar untuk setiap mil solar.
Kendati demikian, asumsi bos Proterra itu tidak bisa ditelan
mentah-mentah oleh pengusaha bus. Pasalnya, harga bus listrik yang masih
baru sangat mahal. Sementara itu, Proterra sendiri tidak menyebut harga
produknya. Namun para analis atau pengamat otomotif, mengatakan harga
mobil listrik dua kali mobil bensin di kelasnya. Contohnya adalah Nissan
Leaf dan Chevy Volt.
Lithium-Titanate
Kelemahan lain kendaraan listrik, yaitu keterbatasan jarak tempuh. Untuk
sekali isi baterai, seperti Nissan Leaf hanya bisa dijalankan sejauh160
km. Nah, bagaimana bila kondisi lalu lintas macet seperti di Indonesia,
sedangkan penumpang perlu kesejukan (berarti AC mesti dihidupkan,
begitu juga dengan sistem hiburan dan komunikasi!)? Bahkan untuk bus
Proterra, jarak tempuh untuk sekali isi baterai penuh hanya 50 – 60 km.
Kendati demikian, untuk bus transit, kendaraan listrik dinilai lebih
praktis. Pasalnya, rutenya bisa diperkirakan,misalnya bisa saja setiap
halte dilengkapi dengan pengisian baterai. Proterra menggunakan baterai
kimia, tipe lithium-titanate. Keunggulannya, bisa dicas dalam 10 menit
setiap beberapa jam sepanjang hari dengan umur pakai 8 tahun atau lebih.
Baterai merupakan masalah utama pada mobil listrik. Menurut Granato,
baterai lithium-ion, punya kelemahan,bila sering diisi dengan cepat,
umur pakainya menjadi pendek. Karena itu pula, perusahaan ini
mengembangkan sistem pengisian otomatis.
Saat bus mendekati tempat pegisian, sistem terhubung otomatis (tanpa
kabel), dengan lengan pengisian berada di atas bus. Selanjutnya, bus
akan berhenti ketika charger terpasang. Dengan cara ini, pengisaian bisa
dilakukan saat penumpang naik-turun.
Jika pada rute perjalanan tidak ada tempat pengisian baterai, bisa
dicantolkan ke sumber listrik yang ada stop kontaknya dalam beberapa
menit. Dijelaskan pula, kunci inovasi pada bus ini, bodi yang dibuat
dari komposit sehingga bisa mengurangi ratusan kilo bobot, termasuk
baterainya.
Pengisian Cepat
Sistem pengisaian cepat seperti Proterra, menurut Technology Review yang
diterbitkan oleh Massachusetts Institute of Technology, juga telah
dikembagkan oleh Sinautec Automobile Technologies, di Arlington,Virginia
dengan mitra dari China, Shanghai Aowei Technology Development Company.
Untuk ini, bus ini menggunakan ultrakapasitor yang dapat diisi lebih
cepat dibandingkan baterai lithium-titanate. Kendati demikian hanya bisa
untuk menempuh jarak beberapa kilometer. Akibatnya, bus harus
dilengkapi dengan tempat pengisian lebih banyak sepanjang rutenya.
Sementara itu, sistem yang dibuat oleh Proterra memungkinkan bus cukup
melakukan sekali pengisaian pada setiap rute. Dengan ini, akan
mengurangi jumlah alat pengisi yang harganya masih mahal, (diperkirakan
50.000 dolar per unit). Diberitakan BYD dari China, telah membuat sistem
pengisian cepat untuk bus, yaitu 30 menit dengan kapasitas 50 persen!